Disusun Oleh :
Yerni Euodia 57411507
E-ticket (electronic ticket) secara virtual menggantikan paper ticket di hampir seluruh bandara dan armada pesawat terbang di seluruh dunia. Survei IATA (International Air Transportation Association) menyebutkan pada tahun 2007, penetrasi penggunaan e-ticket di seluruh perusahaan penerbangan (airline) mencapai angka 90%. Di Amerika Serikat sendiri, angka penetrasi penggunaan e-ticket mencapai 97%. Di Indonesia mencapai angka 80%. Survei lain oleh IATA bahkan menyebutkan bahwa 88% traveler lebih memilih menggunakan e-ticket untuk perjalanan mereka karena kelebihan yang dimiliki e-ticket.
E-ticket sebenarnya berisi informasi yang sama dengan yang termuat dalam paper ticket. Perbedaan utamanya adalah database e-ticket
terletak di komputer perusahaan penerbangan, bukan di kantong
penumpang. Reservasi penumpang seperti informasi waktu keberangkatan,
bandara asal dan tujuan, pilihan tempat duduk serta pilihan kelas semua
tercatat secara elektronik. Di counter check in penumpang tinggal menunjukkan tanda pengenal diri (ID card) yang digunakan saat melakukan pemesanan e-ticket. Ketika petugas airline sudah mengkonfirmasi pemesanan ini, mereka lalu mengeluarkan boarding pass
dan penumpang tinggal menunggu sebelum naik ke pesawat. Di beberapa
bandara international, airline bahkan tidak menyediakan petugas khusus,
tapi hanya mesin tiket (self-serve kiosk), dimana penumpang dapat memasukkan kode booking serta tanda pengenal untuk mendapatkan boarding pass. Untuk mengeluarkan e-ticket, perusahaan penerbangan perlu memiliki database yang terintegrasi dengan partnernya, antara lain: bandara, travel agent, bank, untuk menyajikan informasi secara real time.
Saat ini adalah era untuk e-ticket bagi industri penerbangan. Perusahaan penerbangan bergerak ke arah ‘self-service model’, dimana penumpang melakukan sendiri pencarian, pemesanan, pembelian dan check-in serta boarding secara virtual tanpa bantuan.
Tulisan ini akan lebih memberikan gambaran tentang pengelolaan e-ticket oleh berbagai maskapai penerbangan Indonesia. Tulisan ini akan membandingkan tampilan website dari beberapa maskapai ketika seorang penumpang akan melakukan self-service ticketing.
Melihat
beberapa tampilan website dari berbagai maskapai Indonesia di dalam
jurnal ini, kiranya perlu diadakan perbaikan untuk memudahkan para
pengguna dalam memesan online. Perbaikan terutama sangat
dibutuhkan oleh Garuda Indonesia, karena sebagai maskapai nasional,
paling berpengalaman dan telah berdiri cukup lama tapi tidak dapat
memberikan pelayanan secara fleksibel, reliabel dan real time. Website maskapai dapat lebih diperkaya dengan menerapkan prinsip 7C (Context, Content, Commerce, Community, Connection, Customization, Communication) agar aplikasi e-business menghubungkan bisnis dengan konsumen (B2C) dapat benar-benar terwujud.
Industri jasa
penerbangan perlu terus meningkatkan pelayanan akan fleksibilitas,
reliabilitas. Sebagian besar peningkatan pelayanan ini akan tergantung
dari peningkatan aplikasi dan perangkat keras serta teknologi nirkabel.
Di luar negeri, maskapai penerbangan bahkan memiliki rencana untuk
mengadopsi sistem barcode standard untuk meningkatkan kecepatan dan keakuratan prosedur check in dan boarding pass. Untuk Indonesia, akan sangat baik bila tiap website maskapai penerbangan memiliki jalur online booking yang memberikan kenyamanan bagi penggunanya. Untuk itu tiap maskapai perlu meningkatkan mutu website agar setidaknya memenuhi persyaratan 7C.
Sumber :
Novira da Silva, Elisabeth. “Penerapan E-Ticket Pada
Maskapai Penerbangan Indonesia” Journal of System Information Technology
(2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar